Posts

Showing posts from January, 2020

IBADAH-IBADAH YANG WAKTU NIATNYA BUKAN DIPERMULAAN

IBADAH-IBADAH YANG WAKTU NIATNYA BUKAN DIPERMULAAN A. PUASA Boleh mendahulukan niat sebelum awal waktu melakukan puasa, karena untuk mengetahui secara tepat masuk awalnya waktu puasa adalah sulit. MADZHAB SYAFI'I   tidak sah   yang niat puasa bersamaan   dengan waktu fajar. MADZHAB HANAFI   puasa Ramadhan tunai (ada'), boleh mendahulukan niat dimulai dari ter- benamnya matahari, atau bersamaan dengan dengan terbitnya fajar (dan ini adalah waktu yang asli), atau mengakhirkan niat hingga sebelum tengah hari menurut hitungan syara'. Apabila puasanya bukan puasa tunai (ado') seperti puasa qadha, nadzar, atau kafarat, maka boleh niatnya didulukan mulai dari terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Boleh jua membarengkan niat dengan terbitnya fajar; karena itulah waktu yang asli untuk puasa. Apabila puasanya sunnah, Maka waktu niatnya sama dengan waktu niat puasa Ramadhan tunai. B. HAJI Niat dalam haji adalah mendahului pelaksanaan m

الامور بمقاصدها SESUATU ADALAH BERDASARKAN KEPADA MAKSUDNYA

الأمور بمقاصدها SESUATU ADALAH BERDASARKAN KEPADA MAKSUDNYA/NIATNYA Maksud dari kaidah ini adalah, sesungguhnya ketetapan hukum-hukum syara'bagi amal perbuatan manusia baik yang berupa ucapan atau tindakan adalah mengikuti maksud dan   tujuan orang yang melakukan tindakan tersebut, bukannya sisi lahiriah amal perbuatan tersebut. Contoh Hukuman membunuh berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan niat orang yang membunuh. Apabila orang yang membunuh tersebut sengaja, maka dia dihukum qishash. Namun apabila dia melakukannya dengan tidak sengaja, maka dia wajib membayar diyat. Barangsiapa mengambil barang temuan dengan maksud untuk memilikinya, maka dia dihukumi sebagai orang yang ghashab, berdosa, dan juga wajib mengganti kerusakan kerusakan yang berlaku. Namun jika ia mengambil barang tersebut dengan maksud untuk menjaganya, maka dia boleh membawanya dan dia dianggap seperti orang yang dititipi barang. Sehingga, dia tidak perlu mengganti rugi kerusakan yan

WAKTU NIAT

WAKTU NIAT Secara umum waktu niat adalah di awal melakukan ibadah. WAKTU NIAT WUDHU adalah ketika membasuh muka. MADZHAB HANAFI berpendapat bahwa niat wudhu disunnahkan dilakukan ketika me- lakukan amalan sunnah yang pertama, yaitu ketika membasuh telapak tangan hingga per- gelangan tangan, supaya pahala kesunnahan sebelum membasuh muka dapat diperoleh. Waktunya adalah sebelum melakukan istinja' supaya semua perbuatannya menjadi amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. MADZHAB HAMBALI mengatakan bahwa waktu niat wudhu adalah ketika pertama kali melakukan amalan wajib, yaitu ketika membaca basmalah. WAKTU NIAT MANDI WAJIB ketika mulai membasuh bagian pertama dari anggota badan, yaitu dengan cara menghadirkan niat mandi wajib atau menghilangkan jinabah atau menghilangkan hadats besar atau berniat supaya boleh melakukan hal-hal yang dilarang sebelum mandi wajib. WAKTU NIAT TAYAMMUM HANAFI Ketika menempelkan debu ke

KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAT

KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAT a. Suatu amalan tidak diakui oleh syara'sehingga ada hubungan dengan masalah dosa dan pahala, kecuali apabila disertai dengan niat. b. Menentukan (ta'yin) amalan yang diniati secara tepat dan menjelaskan perbeda- annya dengan amalan-amalan yang lain, merupakan syarat dalam niat. Oleh sebab itu, tidaklah cukup niat melakukan shalat secara umum, melainkan harus ada pe- nentuan shalat Zhuhur; Ashaf, atau Shubuh misalnya. Ini adalah kesepakatan se- mua ulama. c. Barangsiapa berniat melakukan amal saleh, kemudian ada sesuatu yang mengha- langinya untuk merealisasikan niatnya itu seperti sakit atau mati, maka dia tetap mendapatkan pahala. Dan barangsiapa berkehendak melakukan kejelekan namun dia tidak jadi melakukannya, maka dosa tersebut tidak dicatat. d. Keikhlasan dalam beribadah dan dalam melakukan amalan-amalan syara' adalah asas bagi pahala di akhirat, e. Semua amal yang bermanfaat, atau pekerjaan yang mubah,

HUKUM NIAT (KEWAJIBAN NIAT)

HUKUM NIAT (KEWAJIBAN NIAT) , menurut JUMHUR FUQAHA (selain madzhab Hanafi) adalah wajib apabila perbuatan yang dilakukan itu tidak sah jika tanpa niat seperti wudhu, mandi selain memandikan mayat, tayamum, berbagai macam shalat, zakat, puasa, haji, umrah dan sebagainya. adalah sunnah , apabila sahnya perbuatan yang dilakukan itu tidak tergantung dengan niat seperti ketika mengembalikan barang yang di-gashab [dimanfaatkan tanpa izin oleh yang memilikinya), ketika melakukan perbuatan yang mubah semisal makan minum, dan juga ketika meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diIarang (at-turuk) seperti meninggalkan perkara yang diharamkan dan perkara yang makruh. Ulama MADZHAB HANAFI berpendapat, bahwa niat adalah disunnahkan ketika berwudhu, mandi dan perbuatan-perbuatan lain yang menjadi pembuka untuk shalat, supaya mendapatkan pahala. Namun, niat adalah syarat sah shalat sebagaimana yang ditetapkan juga oleh madzhab Maliki dan Hambali. Amalan m

UKURAN, TIMBANGAN DAN WANG YANG DIGUNAKAN DALAM KITAB FEQAH

UNIT UKURAN PANJANG Satu al-qashbah ialah 6 hasta atau 3696 meter. Satu al-jarib ialah 100 qashbah atau 3600 hasta hasyimi atau qadam persegi atau yard persegi atau 1366,0416 meter persegi. Satu qadam ialah 30,4 cm. Satu yard sekarang ialah 91,43 cm. Satu hasta hasyimi adalah 32 ishbi' atau qirath. Satu ishba'ialah 1,925 cm. Satu hasta Mesir ialah 46,2 cm. Satu hasta yang dimaksudkan dalam kajian fiqih ialah hasta hasymi,yaitu 61.2 cm. Satu al-ba'ialah empat hasta. Satu marhalah ialah 12 jam (sa'ah). Satu qafiz (dalam ukuran panjang) ialah 1/10 jarib atau 136.6 m. Satu ghalwah ialah 400 hasta atau 184.8 m. Satu mil ialah 4000 hasta atau 1848 m atau 1/2 sa'ah atau 1000 ba'. Ukuran mil laut sekarang ialah 1848.32m. Satu/arsakh ialah tiga mil atau 5544 meter atau 12000 khathwah (langkah), kurang lebih 1 1/2 sa'ah (perjalanan). Satu barid Arab ialah empat farsakh atau 22176 meter atau 22.176 km atau lebih k

SEBAB.SEBAB BERLAKUNYA PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN FUQAHA / TIMBULNYA MAZHAB-MAZHAB

SEBAB.SEBAB BERLAKUNYA PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN FUQAHA / TIMBULNYA MAZHAB-MAZHAB 1. PERBEDAAN MAKNA DALAM KATA-KATA BAHASA ARAB Keadaan ini terjadi ada kalanya karena lafaz itu mujmal (tidak detail) atau musytarak (mempunyai makna lebih dari satu) atau mempunyai dua maksud, yaitu umum dan khusus atau makna haqiqi dan mojazi, atau makna haqiqi dan makna menurut adat ('urfl ataupun perbedaan itu terjadi karena lafaz tertentu kadang-kadang disebut secara mutlak (tidak dibataskan) dan kadang-kadang disebut secara muqayyad. Atau, perbedaan itu terjadi disebabkan oleh perbedaan i'rab. Contoh satu lafaz yang mempunyai makna lebih dari satu adalah lafaz al-quru'yang mempunyai arti'suci'dan juga mempunyi arti 'haid.' Contoh lain adalah lafaz yang berbentuk perintah, apakah ia bermakna wajib atau sunnah saja. Demikian juga dengan lafaz yang berbentuk larangan, apakah bermakna haram atau makruh saja. 2. PERBEDAAN PERIWAYATAN Umpama

ISTILAH - ISTILAH FEQAH YANG UMUM

ISTILAH - ISTILAH FEQAH YANG UMUM 1. FARDHU Fardhu ialah sesuatu yang dituntut oleh syara' supaya dikerjakan, dan tuntutan itu adalah tuntutan yang pasti berdasarkan dalil qath'i yang tidak ada kesamaran lagi. Con- tohnya adalah rukun Islam yang lima yang tuntutannya berdasarkan Al-Qur'an Al-Karim atau sunnah yang mutawatir atau sunnah yang masyhur. 2. WAJIB Wajib ialah sesuatu yang dituntut oleh syara'untuk dilakukan dan tuntutan itu adalah tuntutan yang pasti berdasarkan dalil zhanni yang ada kesamaran padanya. Contohnya, se- perti zakat fitrah, shalat Witir; dan shalat Dua Hari Raya, karena perkara-perkara itu ditetapkan dengan dalil zhannr, yaitu dengan hadits ahad dari Nabi Muhammad saw.Hukumnya adalah sama seperti fardhu, cuma orang yang mengingkarinya tidak meniadi kafir. Fardhu dan wajib mempunyai makna yang sama menurut jumhur ulama selain ulama Hanafi. 3. MANDUB ATAU SUNNAH Yaitu, sesuatu yang dituntut dari seorang mukal

PERINGKAT TOKOH AHLI FEQAH

PERINGKAT TOKOH AHLI FEQAH 1.        MUJTAHID YANG BER'IJTIHAD SENDIRI (MUJTAHID MUSTAQILL) mujtahid yang mampu membuat kaidah untuk dirinya sendiri. Dia membina fiqih di atas kaidah-kaidah tersebut. Imam madzhab yang empat termasuk mujtahid kategori ini. 2. MUJTAHID MUTLAK YANG TIDAK BERIJTIHAD SENDIRI (MUTHLAQ GHAIRU MUSTAQILL) mujtahid yang memiliki syarat-syarat berijtihad yang dimiliki mujtahid mustaqill, tetapi dia tidak mencipta kaidah-kaidah sendiri, melainkan dia mengikuti cara salah seorang dari para imam mujtahid. Mereka sebenarnya muntasib (mengikut) bukan mustaqill (berdiri sendiri). Contohnya, adalah murid-murid para imam yang empat . 3. MUJTAHID MUQAYYAD Mujtahid dalam masalah-masalah yang tidak ada nash dari Imam Madzhab atau mujtahid at-takhrij. Mereka dinamakan Ashabul wujuh, sebab mereka melahirkan hukum-hukum yang tidak dinashkan oleh imam [madzhab). Perbuatan mereka dinamakan satu waih dalam madzhab atau satu pendapat (ra'yun)

TALFIQ MAZHAB DAN RUKHSAH

Talfiq Mazhab Dibolehkan dalam keadaan 1.        terpaksa (ad-dharuurah), 2.        sangat memerlukan (al-haajah), 3.        tidak mampu (al:ajz) atau 4.        ada alasan yang kuat (al-'udzr), rukhshah tidak dibenarkan apabila 1.        untuk main-main atau 2.        ego pribadi, seperti mengambil pendapat yang paling ringan dari setiap madzhab,padahal tidak ada kondisi yang memaksa (adh-dharuurah) atau alasan yang kuat (al-'udzr). Jilid 1 ms 20