PERKARA SUNNAH DALAM TAYAMUM

 

PERKARA SUNNAH DALAM TAYAMUM

 

Hanafi

1. Membaca bismillah ketika memulai taya[1]mum, sama seperti sewaktu berwudhu.

2. Menepuk tanah dengan bagian dalam telapak tangan, kemudian menengadahkan tangan ke atas dan selepas itu ditelungkupkan lagi. Kemudian jari-jemari digerak-gerakkan supaya nantinya tidak terlalu mengotori muka dengan debu.

3. Merenggangkan jari jari supaya debu sampai ke celah-celahnya.

4. Tertib dan muwaalat,

 

Maliki

1. Tertib, yaitu dengan cara mengusap muka dahulu kemudian baru kedua tangan

2. Tepukan kedua untuk mengusap dua tangan dan mengusap hingga dua siku.

3. Memindahkan debu yang terdapat pada tepukan telapak tangan ke anggota yang

diusap. Tidak boleh mengusap sesuatu apa pun sebelum mengusap muka dan

dua tangan. Jika dia mengusap yang lain dulu, maka hukumnya adalah makruh,

tetapi sah. Juga tidak mengapa apabila tepukan telapak tangan ke debu dengan

cara perlahan sebelum mengusapkannya ke anggota tayamum.

4. Tasmiyyah,

5. Diam [tidak bercakap).

6. Menghadap ke arah kiblat.

7. Memulai dengan tangan kanan

 

Syafie

1. Membaca bismillah

2. Memulai dengan mengusap bagian atas muka, mendahulukan mengusap tangan kanan sebelum tangan kiri, merenggangkan jari dalam tepukan yang pertama, dan menepuk jari-jari selepas mengusap kedua tangan sebagai langkah mengurangkan debu supaya tidak mengotori anggota.

3. Muwaalaat,

4. Menggosokkan tangan kepada anggota tayamum seperti menggosok ketika berwudhu, dan hendaknya tidak mengangkat tangan dari anggota tayamum sebelum sapuannya sempurna.

5. mengadap kiblat

6. membaca dua syahadat setelah tayamum sama seperti ketika wudhu.

7. Mencabut cincin sewaktu melakukan tepukan pertama disunnahkan dan mencabut

cincin pada tepukan yang kedua ketika mengusap tangan hukumnya wajib.

8. mengerjakan shalat dua rakaat sesudah tayamum, hal ini diqiyaskan dengan

wudhu.

9. Bersiwak sebelumnya

 

 

Comments

Popular posts from this blog

TAHARAH : UKURAN DAN NAJIS YANG DIMAAFKAN

TAHARAH : HUKUM GHUSALAH/ AIR MUSTAKMAL

TAHARAH : PEMBAHAGIAN NAJIS