SYARAT-SYARAT TAYAMUM
SYARAT-SYARAT TAYAMUM
Hambali
1.niat,
2. Islam,
3. berakal,
4. tamyiz,
5. istinja' atau istijmar,
6. membuang najis yang tampak
pada badan,
7. masuk waktu shalat, meskipun
shalat itu adalah shalat nadzar yang dikaitkan dengan waktu tertentu tidak boleh
menggunakan air,
Hanafi
1. Niat Yaitu, tekad hati untuk melakukan
[tayamum). Adapun waktunya adalah ketika tangan menepuk debu yang akan
digunakan untuk tayamum. Mereka mensyaratkan tiga hal bagi sahnya niat yaitu Islam,
tamyiz, dan mengetahui apa yang dia niatkan. Supaya tayamum sah untuk
mengerjakan shalat, maka dia harus berniat dengan salah satu dari tiga cara
yaitu niat untuk bersuci; niat supaya boleh malaksanakan shalat [istibahah
ash-Shalah); atau niat untuk melakukan ibadah yang dimaksudkan l'ibadah
maqshudah)eez yang tidak sah jika tanpa thaharah. Tayamum dengan niat untuk
shalat boleh digunakan untuk shalat apa pun, shalat ienazah, atau untuk sujud
tilawah. Dia tidak boleh melakukan shalat dengan tayamum yang diniatkan untuk
masuk masjid atau untuk menyentuh AI-Qur'an, meskipun dia seorang yang
berjunub. Karena, masuk masjid atau menyentuh Al-Qur'an bukan termasuk'ibadah
maqshudah. Dia juga tidak boleh melakukan shalat dengan tayamum yang diniatkan
untuk membaca Al-Qur'an, sedangkan ia berhadats kecil. Adapun orang yang
berjunub kemudian dia bertayamum untuk membaca Al-Qur'an, maka dia boleh
menggunakan tayamumnya itu untuk shalat. Karena, membaca Al-Qur'an dibolehkan
bagi orang yang berhadats, tetapi tidak dibolehkan bagi orang yang berjunub.
Dia juga tidak boleh melakukan shalat dengan tayamum yang diniatkan untuk
menziarahi kubur, adzan, iqamah, memberi salam, menjawab salam, atau untuk
masuk Islam. Sebab perkara tersebut sah dikerjakan, meskipun tanpa thaharah.
2. Adanya udzur yang membolehkan
tayamum
3. Tayamum hendaklah dilakukan
dengan benda-benda yang termasuk tanah yang suci seperti debu, batu,
pasir,fairuz (permata), dan akik. Tayamum tidak sah dengan menggunakan kayu,
perak, ernas, tembaga, atau besi
4. Meratakan tempat dengan
usapan.
5. Mengusap dengan seluruh
telapak tangan atau dengan tiga iari. fika mengusap dilakukan dengan dua jari
saja, maka tidak boleh, meskipun diulangulang dan diusap secara rata. Hal ini
berbeda dengan mengusap kepala ketika berwudhu.
6. Hendaklah dilakukan dengan
cara dua kali tepukan ke tanah dengan telapak tangan, biarpun di tempat yang
sama. fika badannya terkena debu, kemudian debu itu diusapkan dengan niat
tayamum, maka hal itu dibolehkan.
7. Tidakada halangan yang
menafikan tayamum seperti haid, nifas, atau hadats, sebagaimana yang
disyaratkan dalam wudhu.
8. Menghilangkan perkara-perkara
yang dapat menghalangi usapan seperti lilin atau lemak. Syarat ini bertujuan
agar usapan debu itu dapat mengenai kulit.
Syafi'e
1. Hendaklah menggunakan debu
walau apa pun bentuknya, seperti tanah liat, tanah baja, atau lainnya asalkan
berdebu. Tayamum juga boleh dilakukan dengan menggunakan tanah yang dibuat obat
seperti armani jika memang dihaluskan, termasuk juga debu pasir baik kasar atau
halus. Tetapi, tidak boleh dengan tanah yang telah dibakar yang namanya masih
ada, tetapi debunya sudah hilang.
2. Hendaklah tanah tersebut
suci,
3. Hendaknya debu itu bukan debu
yang sudah digunakan, yaitu debu yang masih melekat pada anggota tayamum atau
yang jatuh setelah diusapkan pada anggota tubuh ketika tayamum.
4. Hendaknya debu itu tidak
bercampur dengan tepung atau yang semacamnya; seperti bercampur dengan minyak
za'faran,
5. Hendaklah dilakukan dengan
maksud bertayamum. jika ada angin yang membawa debu itu ke anggota tayamum,
lalu diusap-usapkan pada anggota tayamum tersebut dan diniatkan, maka tayamum
itu tidak sah. Karena, tidak ada tujuan [niat) memindahkan tanah itu. Tetapi,
debu itu datang dengan sendirinya. Tetapi jika dia ditayamumkan oleh orang lain
dengan izinnya, maka tayamumnya sah.
6. Hendaklah dia mengusap muka
dan kedua tangannya itu dengan dua kali tepukan ke debu, meskipun dia hanya
dapat menepuk dengan kain atau yang semacamnya.
7. menghilangkan najis terlebih
dahulu.
8. Tayamum hendaklah dikerjakan
setelah masuk waktu. Namun dalam kasus untuk shalat sunnah mutlak, tayamum
boleh dikerjakan pada waktu kapan saja, kecuali pada waktu makruh. Boleh
bertayamum untuk shalat jenazah jika memang jenazah itu telah dimandikan. Boleh
tayamum untuk shalat minta hujan (istisqa) setelah jamaah berkumpul. Dan untuk
shalat yang terlewat, tayamum boleh dilakukan apabila sadar dan teringat.
10. Hendaklah tayamum dilakukan
setiap kali melakukan fardhu 'ain, karena tayamum adalah thaharah dharurah
fcara bersuci darurat).
Comments
Post a Comment